Menurutnya, ada kesamaan antara era revolusi komunisme 1965 dan era revolusi mental kini : sama-sama ditandai kebangkitan & konsolidasi komunisme.
"Kesamaan lebih mendasar terlihat pada tujuan 3 fase revolusi itu, yaitu : membuat anak bangsa dan umat LELAH, lalu menyerah & apatis, kemudian dijarah & dijajah,"bebernya.
Untuk itu, ada beberapa alasan peran cendikiawan muda sangat dibutuhkan untuk saat ini.
Pertama, Karena cendikiawan cerdas dan peduli, sementara muda itu berani dan murni, sekaligus mumpuni.
Karena mampu membaca puzzle demi puzzle peristiwa secara kritis, memahami polanya, dan mengikhtiarkan solusi.
"Melakukan helicopter views dan membaca pola dari puzzle-puzzle yang ada, lalu mengikhtiarkan gerakan solutif, itu tugas cendekiawan muda. Mulai dari mengurai benang kusut masalah. Menunjukkan arah & muara. Membangun harapan. Menyuntikkan energi yg membangkitkan. Dan kemudian ujungnya, mendorong penyerahan kendali kepada yang berhak dan mampu,"ungkap Iqbal.
Iqbal mengingatkan, penting berhati-hati untuk tidak terjebak dalam pusaran satu-dua puzzle, lalu tersesat & menyesatkan.
Sebagaimana penting bagi cendekiawan muda untuk tidak mudah lelah, apalagi menyerah & apatis, apalagi membiarkan penjarahan & penjajahan berlangsung.
"Tentu saja itu tidak mudah. Apalagi di sebuah era yang mengagungkan revolusi bermodus devide et impera, memecah belah anak bangsa sendiri. Tugas cendekiawan muda menjadi sangat tidak mudah,"urainya.
Tetapi, lanjut Iqbal, sesungguhnya revolusi adalah sahabat quantum cendekiawan muda. Revolusi adalah kawah energi cendekiawan muda. Revolusi adalah jalan cendekiawan muda. Dan, bagi cendekiawan muda, sejarah adalah terserah kita.