Saat proses penangkapan, terjadi overmacht atau force majeure (keadaan memaksa, Red). Sunardi, jelas Islah Bahrawi, melakukan perlawanan, membahayakan masyarakat pengguna jalan lain dan melawan petugas.
"Dia menabrak mobil petugas. Ada dua orang petugas yang naik ke bak mobilnya dibawa sekencang-kencangnya oleh Sunardi sambil berjalan zig-zag. Tujuannya supaya dua petugas ini terlempar dari mobilnya. Dan betul orang itu sampai sekarang dirawat di rumah sakit," paparnya lagi.
(BACA JUGA:Bela dr Sunardi yang Tewas Ditembak Densus, Akun Twitter Mustofa Nahrawardaya Tumbang)
Sebelum dilakukan penembakan, dua polisi sudah menggedor-gedor kap mobil. Mereka juga mengatakan dari kepolisian. Petugas juga menyuruh supaya Sunardi berhenti disertai tembakan peringatan.
"Tetapi dia tetap tidak mau berhenti. Sehingga terpaksa dilumpuhkan dengan tembakan ke arah bawah. Makanya yang kena adalah pinggul dan tangannya. Kalau niatnya mau membunuh jidatnya yang dihajar. Kalau orang nyetir mobil itu kan yang nongol kepalanya. Tapi petugas tetap berusaha menembak ke arah bawah. Namun ajal berkata lain. Ini yang tidak diketahui oleh publik lalu melakukan asumsi-asumsi seolah-olah ini memberangus umat Islam," tukasnya.
Islah Bahrawi memastikan tidak ada hubungannya Islam dengan terorisme. Islam, lanjutnya, tidak pernah mengajarkan terorisme. "Yang mengajarkan ini hanya kelompok Khawarij dengan segala kelicikannya," tegas Islah Bahrawi.
Hingga saat ini, ada ribuan teroris yang ditangkap oleh Densus 88. Mereka yang masih hidup di penjara. Yang sudah bebas dibina.