Melalui unggahan di Instagram bercentang biru @kemdikbud.ri, ternyata pawang hujan sudah ada sejak lama, dan sebutan berbeda-beda dan ada di sejumlah wilayah di Indonesia.
"Seperti dukun Pangkeng bagi masyarakat Betawi. Nerang Hujan di masyarakat Bali, hingga Bomoh bagi masyarakat Melayu di Riau. Adapun ilmu kebatinan ini disebut Pangngissengngang oleh masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan," tulis di keterangan resmi Kemdikbud RI, dikutip Fajar.co.id.
Pawang ini sendiri menggunakan beberapa benda agar hujan yang diharapkan segera mengguyur.
"Pawang hujan menggunakan gelombang otak Teta untuk 'berkomunikasi' dengan semesta ketika sedang melaksanakan tugasnya, dibantu kayu dan asap untuk menghalau hujan," tambahnya.
"Uap dan panas yang dihasilkan, kemudian dihantarkan menuju langit dengan bantuan ketenangan bantin yang sudah dipelajari oleh seorang pawang hujan," sambung di keterangan unggahan Kemdikbud. (Ishak/fajar)