"Danny dan timnya bahkan tidak mampu menjelaskan apa itu resetting pemerintahan, konsep yang tidak dikenal di tata kelola birokrasi pemerintahan atau berkaitan dengan prinsip good governance. Program ini menyebabkan kegaduhan berkepanjangan di akar rumput,"jelasnya.
Bahkan kata Sawedi, Makaverse merupakan contoh program latah yang dibuat Danny. Sebab saat itu, konsep metaverse baru saja diperkenalkan di luar negeri. Bahkan pemerintah Indonesia belum menerapkannya.
"Program teranyar adalah Makaverse. Program yang Danny sendiri tidak terlalu paham tetapi ngotot dibahas di Rakor Khusus. Bisa dibayangkan program ini tidak akan efektif dan hanya sebagai slogan gagah-gagahan di tengah perbincangan metaverse yang belum jelas juntrungannya,'tuturnya.
Menurut Sawedi, Perilaku Danny yang selalu bombastis setiap memulai program dapat berimplikasi terhadap reputasinya yang menggemari kontroversi. Misalnya saja, perdebatannya dengan Ikatan Dokter Indonesia perihal indikator vaksin lansia sebagai ukuran PPKM.
"Danny menyatakan protes karena indikator vaksin lansia itu tidak realistis karena memvaksin orang tua memiliki banyak prosedur. IDI menanggap ide Danny tidak realistis karena indikator itu berlaku di seluruh Indonesia dan tidak bisa diubah. Kalau mau PPKM nya turun, maksimalkan vaksinsi di kategori lansia, bukan justru indikator yang diubah,"urai Sawedi.
Yang terakhir adalah perseteruan Danny dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan (BPPJN) karena rencananya mengadakan balapan di jalan Pettarani dinilai berisiko dan berbahaya. Danny bahkan mengancam BPPN untuk menghambat apabila ada urusannya dengan pemkot Makassar.