Padahal Aspadin yang beranggotakan 900 perusahaan adalah pihak yang paling akan terlena dampak dari kebijakan BPOM ini.
“Sebagai lembaga negara, sudah selayaknya BPOM menghindari kebijakan yang bernuansa egoisme sektoral keamanan pangan tanpa melihat spin off effect nya terhadap sektor ekonomi dan dampak sosial secara luas,” kata Agus.
Apalagi Krisis Ukraina dan Rusia yang telah membawa kenaikan harga pangan dan energi dunia juga akan dan telah menimbulkan dampak sosial ekonomi di Indonesia.
“Apakah isu BPA yang penelitiannya juga masih berjalan ini lebih urgent dibandingkan potensi goncangan sosial ekonomi di masyarakat?” tanya Agus.
Sudah selayaknya BPOM lebih fokus dan memperhitungkan dampak kesehatan jangka pendek akibat kelangkaan produk air minum kemasan ekonomis di pasar - jika semua produsen dipaksa untuk mengganti kemasan ke PET - yang akan berpotensi meningkatkan penyakit diare dan dehidrasi, dibanding memenuhi desakan pihak untuk melabeli potensi bahaya BPA yang masih diduga merupakan resiko kesehatan jangka panjang.
Menteri kesehatan pun sudah menegaskan di media kalau air kemasan galon guna ulang itu aman dan bahaya BPA dalam air galon itu Hoaks.
Pengamat media Satrio Arismunandar mengungkapkan beberapa kejanggalan dari dorongan kampanye negatif terhadap galon guna ulang.
Pada tahun 2021 bulan Juni dan Desember, situs resmi BPOM memuat pernyataan tegas tentang keamanan dan Indonesia Anti Hoax Education Volunteers (REDAXI) melihat ketidakseriusan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam menyikapi isu Bisfenol A (BPA) yang saat ini sudah menjadi twitwar atau perang opini di Twitter. Astari Yanuarti, Co-founder REDAXI melihat twitwar isu BPA ini terjadi karena sikap BPOM yang tidak begitu serius dalam menyikapinya.
“Sikap BPOM mendua. Di satu sisi menyatakan bahwa galon air minum yang mengandung BPA terbukti aman karena airnya tidak terkontaminasi BPA. Tapi di sisi lain merancang pelabelan BPA di galon air minum . Ini yang menyebabkan terjadinya twitwar berulang soal isu BPA, terutama jika topiknya memang sengaja diciptakan, seperti topik galon BPA ini. Kubu-kubu yang terlibat biasanya sama saja,” ujarnya.
Karenanya, kata Astari, hoaks terkait BPA ini akan selalu ada di media sosial. Menurutnya, keberadaan lembaga-lembaga cek fakta memang membantu publik untuk mengetahui apakah informasi yang mereka terima itu benar atau salah.