"Sebab perang melawan kartel dan mafia tidak mudah. KPPU sendiri kewalahan. Pengusutan kartel selain tidak mudah, tetapi sangat penting dan tepat waktu bagi pemerintah saat ini. Karena ini pasti akan mengakibatkan secara langsung adanya dukungan riil rumah tangga Indonesia. Khususnya emak emak yang kemarin ikut turun Demo mendukung mahasiswa," tukasnya.
Di sisi lain, Fahri heran karena justru ada oknum pejabat lain yang mengirim sinyal bias pada langkah Kejagung. Padahal, upayanya sudah didukung penuh oleh Presiden.
Menurut Fahri, pada hari-hari ke depan, hal ini yang menjadi konsentrasi kabinet secara umum dan pihak istana.
Fahri menambahan Jaksa Agung tidak bisa bertindak sendiri. Karena itu, seluruh jajaran harus mendisiplin diri agar tidak terjebak dan terlibat mengambil keuntungan dalam kesempitan rakyat.
Dia menyebut mafia dan kartel yang sedang diusut Kejagung bukan pemain kecil kelas pengecer.
Mereka ini telah lama disorot oleh KPPU. Selain iu, para mafia ini yang mengontrol produksi kebun sawit, produksi minyak dan penyalurannya.
"Saking besarnya kartel ini, konon mereka tidak saja bisa mengontrol harga dalam negeri. Tetapi juga harga global. Mengingat Indonesia adalah penyuplai sepertiga dari kebutuhan CPO global. Jadi ini adalah para raksasa yang sudah terbiasa mempermainkan harga di tingkat dunia," jelas Fahri.
Sikap tegas presiden untuk menghentikan ekspor CPO, lanjut Fahri, memerlukan tindakan lanjutan.
Di hilir dipicu oleh langkah Kejagung, tetapi di hulu harus dibuatkan strategi dan kebijakan yang menuntaskan perkara kelangkaan pangan ini. Tujuannya agar tidak muncul lagi di masa mendatang.