"Indikator ekonomi Indonesia saat ini memang lebih baik. Tapi trajectory nya mirip dengan lintasan negara-negara yang mengalami resesi,"urai pendiri KAHMIPreneur ini.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang positif tidak jadi jaminan. Ia mencontohkan, pada 1996 pertumbuhan ekonomi sangat tinggi, sekitar 8 persen lebih, tetapi pertengahan 1997 terjadi krisis.
"Saat ini, cadangan devisa kita sudah berkurang sekitar 12 miliar dolar AS sejak September 2021 dan terus berkurang dalam 4 bulan terakhir ini. Apalagi ditambah tren capital outflow akibat kenaikan suku bunga The Fed," jelasnya.
Belum lagi, lanjut Kamrussamad, tren harga komoditas mulai menurun sekarang. "Ini berpotensi mempercepat krisis valuta," pungkasnya. (eds)