"Jadinya cowonyalah yang keliatan “ngajak” terus, padahal mungkin gak ada yang salah dengan gairah seksual cowonya," terangnya.
Ini pentingnya tidak langsung mendiagnosa diri atau pasangan sendiri karena diagnosa hanya bisa diberikan oleh profesional.
Ia berpesan untuk menghindari memberi label sendiri, “Kamu hiperseks!”, atau, “Kamu aneh!”.
Lebih baik, “Keliatannya ada perbedaan dalam gairah kita ya, yuk cari jalan keluarnya”.
"Lalu, kalau pun ada perbedaan gairah dalam hubungan, penting untuk jangan maksa. Jangan juga menjadikan alasan, “Loh gairahku kan masih normal, dia aja yang aneh gak mau berhubungan”, untuk maksa. Hormati keinginan/ketidakinginan masing-masing," tandasnya.
Menurut Inez, inilah pentingnya diskusi tentang seksualitas (ekspektasi, preferensi, dsb.) sebelum menikah walaupun mau mulai melakukannya setelah menikah.
"Kalo menurut kamu gimana? Fair gak kalo semua yang punya gairah tinggi (cewe atau pun cowo) dicap HIPERSEKS?" imbuhnya. (dra/fajar)
