FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Fitriani, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Sejarah Unhas terjatuh dari Lantai III ke Lantai II Asrama Mahasiswa Putri Unhas Kelurahan Tamalanrea Indah Kota Makassar. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (9/9/2022) sekitar pukul 05.30 wita.
Kejadian itu menjadi pelajaran yang sangat penting dievaluasi bagi petugas asrama. Sejumlah pihak menilai, kejadian itu akibat kelalaian dari pengelola asrama Putri Unhas karena teras sisi kanan lantai III tersebut tidak memiliki besi pengaman dan baru dipasangi besi pengaman setelah adanya korban jiwa.
Lambatnya penanganan pertama sesaat setelah korban terjatuh baik dari TKP di asrama maupun saat penanganan medis di Rumah Sakit, membuat Fitriani tidak tertolong.
Atas kejadian ini, tidak menutup kemungkinan pihak keluarga korban akan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian terkait indikasi pelanggaran dan kelalaian.
Tidak menutup kemungkinan juga, kejadian tersebut akan dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk mempertanyakan kasus tersebut melalui aksi protes dan pengerahan massa (unjuk rasa) kepada Pihak Pengelola Ramsis dan Rumah Sakit.
Menurut saksi kejadian, Universitas Hasanuddin (Unhas) digegerkan dengan adanya mahasiwi yang terjatuh dari lantai 3 ke lantai 2 Asrama Mahasiswa Putri Unhas pada Jumat (9/9/2022) sekira pukul 05.30 Wita.
Korban terjatuh karena besi pengaman teras sisi kanan lantai 3 tidak ada.
Sumber menjelaskan bahwa kejadian berawal ketika Fitriani ke toilet untuk buang air kecil. Setelah Fitriani kembali dari toilet, kemudian berjalan menuju kamarnya. Namun ternyata dia berjalan lurus melewati kamarnya sehingga korban terjun bebas dari Lantai III ke Lantai II Asrama Unhas karena sisi kanan teras lantai III tersebut tidak memiliki besi pengaman.
Adapun Fitriani tergeletak beberapa saat kemudian ditemukan oleh Petugas Cleaning Servis dan langsung diamankan di salah satu kamar mahasiswi di lantai II. Sekitar pukul 09.00 wita korban kemudian dibawa ke Lantai III ke kamar kostnya dalam kondisi korban masih bisa berbicara dan bercerita dengan teman-temannya.
Sekitar pukul 11.55 wita korban diarahkan dan dibawa ke RS Pendidikan Unhas, kemudian dimasukkan ke ruang UGDkira-kira pukul 12.15 Wita. Sekitar pukul 00.15 Wita korban diarahkan dan dibawa ke ruang ICU RS Pendidikan Unhas dalam kondisi kesehatan mulai menurun.
Fitriani kabarnya, pada saat di ruang UGD masih sempat berbicara dan bercerita dengan temannya. Sekitar pukul 10.30 Wita keluarga korban meminta untuk keluar dari Rumah Sakit dan membawa pulang ke Pinrang. Keluarga siap menerima segala risiko yang akan terjadi.
Perawat Bagian ICU RS. Pendidikan Unhas, Sunarti menuturkan, hasil pengecekan dan CT-scan bahwa kepala korban mengalami pembengkakan, pendarahan dalam (Mati Batang Otak), memar di pipi sebelah kanan.
Olehnya itu, dilakukan tindakan medis seperti cek darah, pemasangan infus, oksigen, untuk bantu pernafasan serta pemantauan saturasi pernafasan.
"Kondisi korban sejak masuk ICU terus mengalami penurunan sehingga korban sudah tidak sadarkan diri dan kritis, atas permintaan keluarga dengan mempertimbangkan kondisi kritis korban maka mereka meminta untuk keluar dari Rumah Sakit dan siap menerima segala risiko yang akan terjadi," ujar Sunarti.
Adapun dokter yang menangani Fitriani, Ikhwan (Dokter Bedah Syaraf), membenarkan pada Sabtu 10 September 2022 sekitar pukul 10.30 Wita korban keluar dari Ruang ICU RS Pendidikan Unhas dalam kondisi kritis (masih hidup), selang infus dan tabung oksigen masih terpasang untuk kemudian dibawa ke kampung halamannya di Kabupaten Pinrang menggunakan Ambulance. (Muhsin/Fajar)