Disadarinya, bagi para ulama pesantren, kini pengasuh pondok pesantren memerlukan suatu cara yang sungguh-sungguh bisa diandalkan untuk mengelola santri yang tinggal di pesantren. Semua bisa membayangkan pondok pesantren yang jumlah santrinya sampai belasan ribu, membutuhkan perhatian serius.
”Bisa dibayangkan bagaimana mengelola dan mengawasi sekian banyak santri, ini tentu bukan hal yang mudah. Tentu, pesantren telah membuat skema, manajemen dan lain sebagainya,” tutur Abdussalam Shohib.
”Kekerasan dalam bentuk apapun dan di manapun tidak dibenarkan. Norma agama dan peraturan perundang-undangan jelas melarangnya,” tambah dia.
Nahdlatul Ulama (NU) dikenal memiliki jumlah pesantren terbanyak dibanding ormas islam lainnya. Menurut data Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) atau Asosiasi Pondok Pesantren di bawah naungan (NU), di Jawa Timur, terdapat lebih dari 6 ribu pondok pesantren, yang dikelola dari generasi ke generasi.
”Memang, wujud pembelajaran di pondok pesantren saat ini telah mengalami banyak perubahan. Pada masa lalu hanya mengajarkan mengenai kitab kuning, sekarang juga mengadopsi kurikulum madrasah,” papar Abdussalam Shohib.
Untuk itu, dia berjanji posko akan segera dilaksanakan. Harapannya, tidak ada kekerasan dan korban jiwa di ponpes. (jpg/fajar)