“Kinerja partai juga cukup baik dibanding partai Islam lainnya. Untuk tetap bisa bertahan di posisi tiga besar ini, program-program yang membela kepentingan rakyat harus lebih getol lagi," lanjutnya.
"Peningkatan nilai-nilai partai sehingga lebih luas penerimaannya, termasuk menangkis serangan dan stigma negatif yang masih terus disuarakan pihak luar," sambung Muhsinin.
Senada dengan itu, tokoh Tionghoa Lieus Sungkharisma mengatakan, sudah sewajarnya jika negara mayoritas muslim yang menang adalah partai Islam.
Menurutnya, justru aneh apabila yang menang partai yang bukan berbasis agama. “Buat saya, PKS selama ini cenderung konsisten dalam memperjuangkan rakyat. Saya tidak masalah kalau PKS yang menang, selama tetap adil terhadap semua orang tanpa membeda-bedakan suku, agama dan ras," ujar Lieus.
Menurut Koordinator KomTak (Komunitas Tionghoa Anti Korupsi) tersebut, menganggap PKS anti NKRI adalah logika sesat yang selalu didengung-dengungkan orang yang tidak ingin partai ini besar.
“Faktanya, banyak yang teriak-teriak NKRI itu korupsi, dan menista agama Islam. PKS itu partai NKRI, ikut pemilu dan menjadikan Pancasila dasar negara," terangnya.
Lanjut dia katakan, tantangannya adalah PKS harus menunjukkan bahwa PKS memang memperjuangkan suara rakyat Indonesia berdasarkan undang-undang dan Pancasila.
Lieus berharap, jika PKS ditakdirkan berkuasa, partai ini bisa menegakkan keadilah di Indonesia yang tengah porak poranda.
“Kalau hukum ditegakkan, rakyat pasti akan sejahtera dan bahagia," pungkasnya.