Menurut Tri, isu strategis merupakan isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan harus segera direspons. Tri berharap, selain isu-isu ini menjadi focus ‘Aisyiyah juga harus direspons oleh pemerintah dan multi pihak. Sementara Mu’ti melihat, bahwa isu strategis selain bersifat aktual juga dalam kurun waktu ke depan akan terjadi. Ia mencontohkan, misalnya terkait dengan isu resiliensi terhadap bencana. Mu’ti melihat, selama jika bencana terjadi, kita punya komitmen tinggi untuk membantu, tetapi setelah bencana selesai, upaya juga selesai. Ia menyayangkan belum kuatnya resiliensi terhadap mitigasi bencana, “Mitigasi seharusnya bersifat jangka panjang, penyiapannya dari awal. Bukan grudak-gruduk, grubyak grubyuk, dan grusa grusu.”
Ihwal Pemilu 2024 yang Berkeadaban sebagai salah satu isu strategis Muktamar ‘Aisyiyah, ‘Aisyiyah berharap ungkap Tri, pemilihan umum akan berlangsung secara berkeadaban menuju demokrasi substantif bukan hanya demokrasi yang sifatnya procedural semata.
Muhammadiyah, jelas Mu’ti, juga perlu mengangkat secara khusus karena menjadi isu nasional yang melibatkan Muhammadiyah dan seluruh komponen bangsa.
“Sekarang ini, kita belum pemilu tetapi masyarakat seperti sudah pemilu. Capres belum ada tetapi rasanya sudah ada capres. Kita harus belajar dari pengalaman Pemilu 2019 lalu yang berdampak pada pembelahan sosial secara serius. Ini harus bisa kita kurangi pada Pemilu 2024. Harapannya kita bisa menghasilkan wakil rakyat yang punya kapasitas dan kualitas. Demikian pula untuk kepemimpinan nasional,” tegasnya.