FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Kedua pelaku penculikan dan pembunuhan bocah 11 tahun di Kota Makassar tidak berkutik usai dibekuk Polisi.
Di hadapan Polisi, pelaku A (17) mengaku tergiur dengan harga organ tubuh yang sangat fantastis. Senilai, USD 80 ribu atau Rp 1,2 miliar pada website Yandex.
"Website sudah lama saya gunakan, namun baru terencana. Harganya organ USD 80 ribu. Kalau uangnya sudah didapat akan digunakan untuk membangun rumah dan untuk membantu orang tua," ujar A, saat dimintai keterangan oleh Polisi, di Mapolrestabes Kota Makassar, Selasa (10/1/2023).
A mengaku, menghubungi website yang dia maksud untuk membeli organ yang didapatnya melalu chat email. Namun, tidak mendapatkan balasan.
Pelaku A mengaku, mengenal website dengan cara mencari di Yandex dan menulis organ sel. Dia katakan mencari sendiri.
"Selain ginjal, yang dijual juga ada jantung, paru-paru, hati, dengan tarif berbeda. Setelah ginjal dan organ lainnya sudah ada, langsung diserahkan secara utuh ke si pembeli," bebernya.
Di hadapan Polisi, A mengaku mengenal korban tetapi tidak akrab. Dikatakan juga, tidak menarget si korban. Hanya kebetulan.
Menurut apa yang dia dapatkan pada website tersebut, korban bernama Muhammad Fadli Sadewa itu masuk dalam radar incaran. Organ tubuh yang bagus dan sehat.
Setelah membawa korban ke rumahnya, A kembali melihat google kriteria jantung yang sehat. Setelah dipastikan, A mencekik korban dan membantingnya ke lantai. Dibantu temannya, MF (14).
Dikatakan, A. Kondisi rumahnya saat itu sedang sepi. Setelah Dewa meninggal, A kembali menghubungi website yang dia harapkan akan membeli organ Dewa.
Namun, bahas bagi A dan MF. Saat menghubungi kembali website tersebut. Tidak ada respons. Hal itu membuat keduanya panik bukan kepalang. Sampai memutuskan membuang Dewa di Waduk Nipa-Nipa, Maros.
Terpisah, MF yang membantu A menghabisi nyawa Dewa mengaku dipanggil langsung oleh A di rumahnya. Perannya, saat membunuh Dewa adalan menyekap mulut Dewa agar tidak berteriak.
Dijelaskan MF, dirinya dan A belajar di sekolah yang sama di salah satu SMA di Makassar.
"A kelas 3, saya kelas 1 SMA," ujar MF.
(Muhsin/fajar)