Menurutnya, dari sanalah peluang untuk mengambil dana pemilu. Keuntungannya bisa
“Itulah kira-kira yang diambil menjadi dana pemilu. Dan itu bagi mereka itu perhitungan saya saat itu permainan segitu sebulan, itu kira-kira Rp15 triliun. Yang menyumbang hanya setengah Rp10-5 triliun dikantongi. Bukan keuntungan, windfallnya daripada kebijakan,” jelasnya.
Pria kelahiran Pinrang ini mengatakan itulah dampaknya ketika oligarki berkuasa, hukum pun dimainkan.
Said Didu menyebut permainan itu telah terjadi, dimainkan oleh pemain kecil tapi tidak menutup kemungkinan sudah main mata dengan politisi apalagi Menteri Perdagangan adalah ketua partai.
“Tidak tertutup kemungkinan pemain kecil ini juga sudah main mata dengan apa namanya politisi yang problem adalah karena menteri perdagangan adalah ketua partai sendiri. Itu yang pasti menimbulkan kecurigaan,” tuturnya.
Dia juga mengungkit soal pernyataan Sekjen PDIP tidak ingin berkoalisi dengan partai-partai yang gemar mengimpor.
Menurutnya, pernyataan seperti itu bisa mengandung dua makna. Pertama meminta untuk dihentikan atau meminta untuk dibagi-bagikan.
“Ada dua kemungkinan, berhentikan itu atau kalau mau lanjutkan, bagi. Tapi sekarang ini bukan pemain besar, belum,” tandasnya. (selfi/fajar)