Festival Bau Nyale 2023, Tradisi Masyarakat Lombok ‘Berburu’ Putri Mandalika

  • Bagikan
Festival Bau Nyale (foto: Pram/fajar)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian masyarakat Indonesia menangkap cacing merupakan hal yang lumrah.

Selain sebagai makanan hewan peliharaan, cacing juga dipercaya memiliki banyak manfaat. Hampir setiap hari kita bisa menemukan cacing di sekeliling kita.

Masyarakat Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat memiliki tradisi unik setiap tahunnya. Setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan Suku Sasak atau sekitar bulan Februari dan Maret ribuan masyarakat Lombok merayakan tradisi Bau Nyale.

Bau Nyale terdiri dari 2 suku kata ‘Bau’ yang berarti berburu atau menangkap dan ‘Nyale’ artinya cacing laut. Jadi, saat waktunya tiba masyarakat Lombok berkumpul di Pantai Seger untuk berburu nyale.

Tradisi ini merupakan tradisi turun menurun dan dipercaya dapat memberikan keberkahan bagi masyarakat Lombok. Bahkan mereka rela menginap di pantai demi mendapatkan cacing-cacing tersebut.

Festival Bau Nyale (foto: Pram/fajar)

Hal ini terlihat pasca puncak tradisi Bau Nyale, Sabtu (11/2/2023). Sejak pukul 03.00 WITA para pemburu cacing laut sudah berkumpul di Pantai Mandalika.

Dari kalangan anak-anak hingga para orang tua telah mempersiapkan berbagai perlengkapan sederhana seperti jaring, lampu senter, dan ember. Tidak sedikit juga wisatawan nusantara maupun mancanegara yang ikut memeriahkan festival tahunan tersebut.

Menurut mitos dan kepercayaan masyarakat Pulau Lombok, nyale dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika yang cantik. Ia berkorban menceburkan diri ke laut pantai selatan.

Ia tidak ingin terjadi pertumpahan darah di antara para pangeran kerajaan di Lombok, yang waktu itu memperebutkan dirinya.

Warga Lombok percaya bila cacing laut merupakan jelmaan Putri Mandalika yang terkenal dalam legenda masyarakat sekitar.

Cacing laut yang berwarna hijau, cokelat dan merah yang ditangkap dianggap bisa mendatangkan berkah.

Oleh karena itu, masyarakat Lombok memiliki hasrat yang sama untuk menemukan jelmaan Putri Mandalika tersebut.

Kegiatan ini membuat warga larut dalam kebahagiaan. Nyale dengan warna yang unik ini dikenal mengandung protein tinggi sehingga sangat nikmat dan layak untuk dikonsumsi. Terlebih lagi nyale hanya bisa dinikmati setahun sekali.

Bukan sekedar menangkap cacing, prosesi ini menjadi ajang pengikat persaudaraan bagi masyarakat Lombok.

Terbukti meski tidak saling kenal, mereka saling bersenda gurau satu dengan lainnya sambil mencari cacing. Bahkan tak sedikit dari anak-anak muda Lombok yang mencari jodoh di ajang tersebut

Bukan itu saja, tradisi ini pun memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat mengundang wisatawan, baik itu wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman). (Pram/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan