Sebagai orang tua korban, Anto sangat berharap proses hukum yang sedang berjalan demi mengungkap dan mengadili para pelaku pengeroyokan anaknya bisa secepatnya diusut tuntas. Hal itu lantaran sudah hampir enam bulan lamanya kasus belum mendapatkan titik terangnya.
"Saya mau bagaimana bisa kasus ini terbuka dan terang, supaya anak saya mendapat keadilan. Karena akibat penyerangan dan pengeroyokan, anak saya mengalami cacat permanen. Ada retak di bagian kepalanya dan bagian tulang hidungnya ada pergeseran," harapnya.
Rafli sendiri telah mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada orang tua korban di hadapan jaksa dalam proses restorative justice yang berlangsung di Kantor Kejari Makassar, Jalan Amanagappa, Senin, 20 Maret.
Dengan rasa penuh penyesalan Rafli berjanji akan membantu korban untuk mendapatkan keadilan. Ia lalu menceritakan dengan detail bagaimana proses pengeroyokan yang diketahui terjadi pada Rabu, 21 September 2022 itu.
Rafli berujar bahwa awal persitiwa tersebut terjadi memang dilatarbelakangi adanya ketersinggungan antara siswa kelas duabelas dengan kelas sebelas SMAN 2 Makassar. Pemicunya sebuah coretan di dinding.
Coretan di dinding yang dimaksud adalah sebuah tulisan angka 2023 yang menjadi simbol bahwa angkatan Rafli sebentar lagi lulus sekolah. Namun, siswa kelas sebelas yang merupakan angkatan korban mengubah tulisan itu menjadi 2024.
"Ini anak-anak kelas duabelas temanku semua tersinggung karena anak-anak kelas sebelas temannya MS (korban) ganti tulisannya teman angkatanku. Diganti angka tiga menjadi angka empat," ujar Rafli ditemui di Kantor Kejari Makassar, kemarin.