Buya Syafii dan Mbah Moen

  • Bagikan
Buya Syafii dan Mbah Moen

Faktanya? Perang 10 Nopember membuktikan bahwa pernyataan Belanda tersebut bohong. Ternyata proklamasi kemerdekaan adalah kehendak rakyat Indonesia. Soekarno-Hatta sebagai proklamator mewakili dan mengatasnamakan rakyat Indonesia. Semuanya ril. Terlihat dari perang besar 10 November di Surabaya tersebut.

Dalam sejarah, tercatat pula, Muhammad Natsir, pimpinan partai Islam Masyumi sebagai pemrakarsa kembalinya RIS (Republik Indonesia Serikat) ke NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). RIS adalah rekayasa Belanda untuk memecah belah Indonesia. Sehingga Belanda bisa melakukan politik divide et impera untuk menghancurkan Nusantara dan kembali menjajah Indonesia.

Itulah sebabnya, tokoh politik Islam Muhamad Natsir berusaha keras untuk mengubah RIS menjadi NKRI.
Mosi Integral Natsir -- untuk mengembalikan RIS ke NKRI --- disepakati Parlemen RIS, 3 April 1950. Betapa pentingnya peralihan dari RIS menjadi NKRI, sampai Mohamad Hatta menyatakan, 3 April adalah hari proklamasi kemerdekaan kedua bangsa Indonesia.

Keputusan parlemen RIS menyetujui Indonesia kembali menjadi NKRI, sangat mengejutkan Belanda. Tapi Nederlan tak berkutik. Karena proses perubahan dari RIS ke NKRI dilakukan secara sah dan demokratis melalui parlemen. Jika Belanda menentangnya, ia akan "digebrak dan dimarahi" Sekutu yang saat itu sedang getol-getolnya mengampanyekan demokrasi di dunia.

Di era reformasi, pasca jatuhnya rejim otoriter Orde Baru -- kebebasan berpendapat menguar seperti suara kodok di musim hujan. Tak sedikit elit politik mengusung gagasan pembentukan negeri khilafah yang berlandaskan Islam. Pancasila dianggap ideologi yang bertentangan dengan Islam. Kaum fundamentalis Islam yang anti-Pancasila mendapat angin. Era reformasi seperti membuka akses politik untuk menyuarakan ideologi Islam transnasional yang anti-Pancasila.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan