Gus Dur dan Masjid Gadang Bahrul Ulum Jombang, Konon Pernah Dijatuhkan Bom Mortir namun Gagal Meledak

  • Bagikan
Masjid Bahrul Ulum. Tambak Beras Jombang, Jawa Timur/Ist

“Awalnya dikenal dengan Masjid Gedang (Gedang Njero), usianya hampir dua abad. Masjid ini didirikan Kyai Sichah atau di kenal Mbah Shoichah (KH. Abdussalam). Sepeninggalan Kyai Shoichah pengasuh pondok dilanjutkan oleh murid yang juga menantunya, Mbah Usman (KH. Usman) yang ahli dalam bidang ilmu Thoriqoh, dan Mbah Sa’id (KH. Sa’id) yang ahli dalam bidang Syari’at,” kata Gus Hasib.

Lalu Kiai Usman memindahkan pondok di sebelah timur sungai yang disebut dengan (Gedang Njobo).

Tentang sosok KH. Abdussalam ini, Gus Hasib menjelaskan, ia adalah seorang ulama pendatang asal Solo Jawa Tengah yang membabad alas di wilayah Ponpes Bahrul Ulum sekitar tahun 1825. Beliau memiliki istri bernama Nyai Muslimah dari Demak dan 9 orang putra-putri, diantaranya: (1) Layyinah, (2)Fatimah, (3) Abu Bakar, (4) Marfu’ah, (5) Jama’ah, (6) Mustaharoh, (7) Aly Ma’un (8) Fatawi, dan (9) Aly Sakur.

“Itulah sejarah awal berdirinya Masjid (Gedang),” tuturnya lagi.

Berikut silsilah lahirnya masjid Gedang, Bahrul Ulum dikutip dari berbagai sumber :

KH. Abdussalam/Mbah Shoichah memiliki dua orang menantu yakni KH. Usman bin KH. Hasan asal Demak, yang menikah dengan putri pertamanya bernama Nyai Layyinah, dan KH. Sa’id bin KH. Syamsudin asal Kediri yang menikah dengan putri keduanya yang bernama Nyai Fatimah, yang waktu itu mempunyai kriteria sebagai penerus pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Slawe, ponpes yang didirikan oleh Mbah Shoichah di Tambak Beras.

Disebut Ponpes Selawe karena saat itu santrinya sekitar 25 orang pengikut Mbah Shoichah dari Jawa Tengah yang menjadi pelarian perang Diponegoro setelah kalah dari Belanda. Slawe yang dalam bahasa Jawa yakni Selawe berarti angka 25.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan