Gus Dur dan Masjid Gadang Bahrul Ulum Jombang, Konon Pernah Dijatuhkan Bom Mortir namun Gagal Meledak

  • Bagikan
Masjid Bahrul Ulum. Tambak Beras Jombang, Jawa Timur/Ist

Kyai Sa’id ahli dalam bidang Syari’ah, sepeninggalan Kyai Usman ia mengembalikan lokasi pondok di sebelah barat sungai yang dikenal sebutan (Gedang Kulon), kelak di kemudian hari bernama Ponpes Bahrul Ulum.

Kyai Sa’id ini menurunkan Kyai Hasbullah (KH. Hasbullah Sa’id). Kyai Hasbullah Sa’id menikah dengan Nyai Latifah asal Sepanjang Sidoarjo dan memiliki putra seperti Kyai Abdul Wahab Hasbullah (KH. Abdul Wahab Hasbullah/pendiri NU), Kyai Hamid dan saudara-saudaranya,” tuturnya lagi.

Kata Gus Hasib, sedangkan menantu Mbah Shoichah yang bernama Mbah Usman yang menikah dengan Nyai Layyinah ini memiliki beberapa orang putri, putri yang tertua bernama Nyai Halimah (Winih) yang kemudian menikah dengan Kyai Asy’ari (KH. Muhammad Asy’ari) bin KH. Abu Sarwan asal Salatiga Jawa Tengah, kemudian memiliki putra yang bernama Hasyim yang kelak dikenal sebagai Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim), pendiri NU dan pendiri Ponpes Tebu Ireng tahun 1899, Jombang.

“Jadi Tambak Beras dan Tebu Ireng ini masih satu keluarga dari Kyai Sichah/Mbah Shoichah/KH. Abdussalam. Jadi antara Kyai Wahab (KH. Abdul Wahab Hasbullah) dengan KH. Hasyim Asy’ari, ini satu kakek buyut yaitu Kyai Abdussalam tadi,” terang Gus Hasib

Masih menurut Gus Hasib, setelah Mbah Usman wafat, Masjid Gedang ini pun tidak ada yang meneruskan pengelolaannya karena tak memiliki putra laki-laki. Kyai Asy’ari (menantu tertua Mbah Usman) memilih mendirikan pondok di Jombang selatan, atau desa Keras, Diwek, Jombang yang berjarak sekitar tiga kilometer arah ke barat dari Ponpes Tebu Ireng, Jombang. Di Diwek Kyai Asy’ari mendirikan pondok pesantren Keras yang sekarang di kenal Pondok Al-Asy’ariyah.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan