“Saya melihat masyarakat sipil Nduga kini dijadikan tameng. Masyarakat sipil di Mugi, terutama perempuan dan anak – anak, dikerahkan dan bergerak dari berbagai sisi untuk menyerang aparat keamanan,” ungkap Dosen ini.
Aparat keamanan TNI tidak merespon situasi dilema seperti ini karena ada anak – anak dan perempuan.
“Prinsip TNI To kill or to be killed akhirnya menjadi ragu – ragu untuk ditegakkan. Kalau doktrin to kill or to be killed ditegakkan atau di kedepankan, maka yang terjadi adalah pembantaian,” tambahnya.
Ia khawatir politik mengedepankan masyarakat sipil untuk bertarung dengan aparat keamanan ini akan menjadi insiden berdarah di Mugi, Nduga. (fajar/jpc)