Di Balik Polemik Pesantren Al Zaytun, Pengamat Sebut Ada Operasi Intelijen dengan Isu Islam untuk Kepentingan Pemilu 2024

  • Bagikan
Sekretaris Eksekutif Said Aqil Siroj Institute Abi Rekso menuturkan bahwa tidak ada yang salah dengan peringatan Kiai Said soal pajak. Foto dok pribadi for JPNN

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah isu yang menarik isu Islam silih berganti dalam beberapa pekan terakhir. Salah satunya soal polemik praktik salat Idulfitri di Pondok Pesantren atau Ponpes Al Zaytun yang berbeda dan menuai kritik publik.

Kian santernya polemik yang menarik isu Islam di media sosial menimbulkan kecurigaan adanya operasi intelijen yang bekerja untuk kepentingan Pemilu 2024 mendatang.

Seperti diketahui, pada awal Syawal, beredar sebuah video yang mempertontonkan sebuah prosesi salat Idulfitri dengan jemaah perempuan bercampur jemaah laki-laki di Pesantren Al Zaytun, Indramayu. Polemik publik terus berjalan dengan video yang kian tersebar di media sosial.

Kejanggalan lain juga bukan saja terkait dengan saf yang dicampur. Namun juga bagaimana para jamaah Salat Id duduk di kursi lipat dengan saf yang sangat renggang.

Pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang mengatakan bahwa hal itu adalah urusan perempuan. Dalam penjelasannya dia mengatakan bahwa dibebaskan kaum perempuan untuk mengambil shaf depan dibelakang Imam shalat.

Dirinya juga menekankan bahwa mazhab yang dianut adalah mazhab Bung Karno. “Kalau ditanya mazhabnya apa, la nanti saya jelaskan aneh lagi. Ini Mazhab Bung Karno. Karena saya pernah bertemu beliau saat kelas 3 SD (Sekolah Rakyat),” jelas Panji Gumilang.

Operasi Intelijen

Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj Institute menilai ada sebuah prakondisi Pemilu 2024 dengan kembali menarik-narik isu Islam.

"Ini ada operasi intelijen yang bekerja untuk kepentingan pemilu 2024. Kenapa video ini baru muncul tiba-tiba tahun ini? Sebenarnya, secara dalil hukum dan hadits sudah dijelaskan oleh Kiai Marsudi Syuhud dari MUI secara gamblang dan jelas. Bisa ditonton di Youtube, itu tuntas sudah semuanya beliau jelaskan,” ujar dia.

Abi Rekso melihat ada indikasi yang ingin kembali menggunakan isu Islam untuk mengeruhkan situasi menjelang Pemilu 2024. Dirinya mencatat ada dua hal penting yang harus dipahami publik terkait isu ini.

Pertama, ada kesan kontroversi ini sengaja diciptakan dengan pendekatan intelijen politik tertentu. Kedua, dengan menyatakan bahwa aturan saf salat dicampur mengacu pada Mazhab Bung Karno ini juga keliru bahkan cenderung sesat.

Ketika ditanya lebih dalam terkait operasi intelijen dari pihak mana, Abi Rekso menyatakan bahwa ada kelompok yang sedang bekerja untuk kepentingan politik tertentu menjelang 2024. “Produk intelijen itu tidak selalu diciptakan dari BIN (Negara), organisasi intelijen asing atau swasta juga bisa melakukan cipta kondisi itu. Ya, kita tahu Al-Zaytun sendiri adalah produk intelijen dari rezim lama,” papar Sekretaris Eksekutif SAS Institute.

Kaitannya dengan pernyataan Panji Gumilang terkait mazhab Bung Karno, Abi Rekso juga menilai hal yang perlu diluruskan karena bisa menjadi hal yang sensitif bagi kaum Muslimin di Indonesia.

“Pernyataan saudara Panji Gumilang ini, berbahaya. Karena Bung Karno dalam Dibawah Bendera Revolusi tidak pernah membahas terkait tata cara dan syariat shalat. Selain itu, Islam hanya mengenal empat mazhab; Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Maliki dan Imam Hambali. Jadi tidak ada itu Syariat Islam mazhab Bung Karno, itu pernyataan sesat," tegasnya.

Dia menilai pernyataan Panji berpotensi menghasut umat Islam Indonesia.

Dirinya pun mengimbau kepada kaum Muslim untuk tidak mudah terhasut dengan isu-isu seperti ini. Karena MUI sudah memberikan penjelasan yang lugas, dan masyarakat bisa mengacu kembali kepada MUI jika ada hal-hal yang rancu seperti ini. (fajar/jpnn)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan