Perbandingan pengerjaan jalur KA at grade dan elevated 1:4. Artinya, layang membutuhkan anggaran empat kali lipat dibandingkan bawah.
"Jadi kalau misalnya kita bangun rel KA 1 kilometer dengan konstruksi at grade dengan anggaran Rp50 miliar, maka pengerjaan dengan kontruksi elevated itu menelan anggaran Rp200 miliar," ungkap Jumardi.
Sementara, rel KA dengan kontruksi terowongan dianggap lebih banyak memakan anggaran dengan perbandingan 10. Artinya, pengerjaan jalur KA membutuhkan Rp500 miliar untuk 1 kilometer saja.
"Jadi kami ikut memperjelas alasan rel KA hingga saat ini belum sampai ke Parepare. Geografis Parepare itu didominasi pegunungan. Kalau kita mempertahankan jalur kereta api lurus, maka opsinya jelas kontruksi terowongan," sambungnya.
Setidaknya Parepare memerlukan rel KA kurang lebih 27 kilometer. Sayangnya, jalur itu tidak sepenuhnya mampu dibangun dengan kontruksi darat.
Hal itu dibuktikan jika ingin sampai ke Kecamatan Soreang Parepare, maka membutuhkan terowongan kurang lebih 3,5 kilometer. Artinya, di Parepare memerlukan anggaran Rp1,75 triliun dengan kontruksi terowongan.
"Pengerjaan di Parepare khusus rel kereta api terowongan membutuhkan anggaran hampir mencapai Rp2 triliun. Ditambah jalur darat sekitar 22 kilometer dengan anggaran Rp1,1 triliun. Makanya, Parepare ditaksir memakan anggaran hampir mencapai Rp5 triliun. Ini secara estimasi," katanya lagi.
Maka dari itu, pihaknya masih mengkaji persoalan ini bersama para pakar dan terkait dengan proses pengerjaan sedianya memiliki nilai ekonomis. Sebab, jika kontruksi terowongan jadi pilihan, dipastikan tidak akan berdampak ekonomis karena berada di dalam terowongan.