Termasuk, aktif memberikan pendidikan politik kepada pemilih pemula tentang pentingnya berpartisipasi dalam pesta demokrasi. Bahkan memberikan literasi akan dampak negatif jika tidak ikut terlibat dalam menentukan kepemimpinan nasional serta wakil rakyat yang akan menjadi penyambung lidah masyarakat.
Partai Politik yang menjadi peserta pemilu juga diharapkan berperan sebagai lokomotif untuk meningkatkan partisipasi pemilu di kalangan pemilih pemula. Dengan memahami dan mengetahui apa yang menjadi keinginan dari anak muda itu sendiri, lalu disajikan melalui program. Termasuk menampilkan calon yang dapat merealisasikan kebutuhan mereka.
Peran aparat keamanan juga sangat dibutuhkan dalam menjemput peluang partisipasi pemilih pemula ini. Dengan hadir sebagai aparat yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bukan hanya di ruang publik, melainkan juga di ruang digitalisasi. Sehingga, aspirasi yang disampaikan oleh Gen Z melalui saluran internet dapat terhindar dari kriminalisasi. Dan, memproses dengan transparan berdasarkan aturan hukum yang berlaku jika terdapat pihak yang dapat merusak pesta demokrasi, salah satunya ujaran kebencian.
Jika hal tersebut terlaksana dengan baik, maka Gen Z akan menjadi peluang besar bagi penyelenggara pemilu untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Juga menjadi peluang bagi partai politik untuk meraup suara dalam memenangkan pesta demokrasi. Akan tetapi, jika stakeholder pemilu tidak menjalankan perannya dengan baik, maka Gen Z akan menjadi tantangan besar dan memungkinkan mereka kembali menjadi apolitis. (*)