Enaknya Jadi Peneliti di BRIN, Anggaran Riset Tidak Terbatas dan Pelaporannya Tidak Rumit

  • Bagikan
Ilustrasi Kantor BRIN

Disinggung tentang alokasi untuk tahun ini, Nizam belum memberikan jawaban pasti. Yang jelas, menurut dia, besarnya dana bergantung hasil pengelolaan DAPT oleh LPDP.

Sementara itu, Direktur Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi (DIKST) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Agus Muhamad Hatta ST MSi PhD mengatakan, dana abadi LPDP sangat bagus untuk menjamin keberlanjutan riset maupun pendidikan.

Selama ini memang anggaran riset nasional masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara maju maupun di kawasan ASEAN. Hal itu tentu perlu ditingkatkan.

’’Harapannya, dana abadi ini bisa menambah alokasi riset di tingkat nasional,” katanya kepada Jawa Pos kemarin (23/5).

Hatta menuturkan, banyak tim peneliti ITS mendapatkan hibah riset yang dikelola LPDP sejak beberapa tahun terakhir. Dana hibah riset tersebut diperoleh melalui kompetisi dengan para peneliti di seluruh Indonesia.

’’Hingga sekarang masih terus mengikuti dana hibah riset LPDP,” ujarnya.

Hatta berharap dana abadi riset maupun pendidikan lebih sinkron dengan rencana pengembangan SDM maupun pembangunan di masa akan datang. Khususnya untuk mendukung visi Indonesia pada 2045.

Karena itu, pemerintah harus menyiapkan road map ke arah itu. Dia mencontohkan, presiden membutuhkan hilirisasi hasil alam. Nah, pemerintah harus menyiapkan road map. Mulai penyiapan SDM, jumlah insinyur yang dibutuhkan, hingga periset untuk mengarahkan hasil-hasil alam agar bisa dikelola dengan baik.

’’Jadi, tidak hanya penggunaan dana abadi, tetapi road map juga perlu disiapkan,” imbuhnya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan