“Semoga Allah membalas kebaikan pegawai-pegawai MK dengan segala kebaikannya,” ucapnya.
Di perjalanan menuju RSJ, dia tetap menangis, rasa sakit begitu dalam dia rasakan. Hingga diruang IGD matanya terbelalak ketika membaca tulisan yang tertera di seragam perawat "RSJ Marzoeki Mahdi".
“Saya meronta untuk keluar dari sana sembari mengatakannsaya tidak gila,” ungkapnya.
Beberapa orang perawat memeganginya dan dia diberikan suntikan dilengan kanan dan kiri. Badannya terasa lemas tidak bertenaga, ingatannya melayang ke masa masa kecilnya.
Selesai dr IGD, dia dibawanya ke ruang PHCU (ruang observasi), disana dia dimasukkan dalan satu ruangan bersama para ODGJ.
Dia ketakutan luar biasa berada diantara mereka. Ada yang begitu galak menjambak rambutnya, ada juga yang mengusap penuh kasih sembari menyebut nama anaknya.
"2 malam saya dia di ruang PHCU, dihari ketiga dia mendapat giliran konseling bertemu dokter," akunya.
Melihat kejiwaannya yang mulai sadar, dokter memindahkannya ke ruang perawatan.
Dia dirawat diruang Srikandi kelas 1. Di ruang rawat inap tidak semengerikan ketika di PHCU.
Semua pasien bisa berkomunikasi dengan baik, saling bertukar cerita sebab kami dibawa ke RSJ. Ada yang karena baby blues, ada yang karena keguguran, ada yang karena ditinggalkan suami, dll.
Hari ke 3 diruang rawat inap, Hemoroidnya pendarahan. Efek mengejan ketika melahirkan, hemoroidnya membengkak. Darah mengucur banyak dihanduk mandi. Handuk yang berwarna putih menjadi merah karena darah.
Hari itu juga, dokter bedah memutuskan untuk dioperasi esok paginya karena hb-nya kian menurun karena pendarahan.