Kesulitan Berkemih dan Hubungan Intim Terganggu, Waspada Gejala Fimosis

  • Bagikan
Ilustrasi. Waspadai gejala Fimosis bila terjadi peradangan pada kepala Mr P.

FAJAR.CO.ID -- Keluhan sulit berkemih dan peradangan terjadi pada Mr. P, maka perlu mewaspadai gejala Fimosis. Apalagi bila Mr.P yang masih memiliki kulup dan sulit ditarik ke belakang.

Fimosis perlu diwaspadai jika terjadi pada remaja dan pria dewasa yang tidak disunat. Kondisi ini sebenarnya normal jika terjadi pada bayi dan anak-anak. Pada laki-laki yang belum atau tidak disunat, Mr.P masih memiliki kulit kulup yang menempel di ujungnya.

Kulup berfungsi melindungi kepala penis dari gesekan dan kontak langsung dengan pakaian. Ketika kulit kulup penis tidak dapat ditarik atau mengerut mundur ke belakang kepala penis saat ereksi, kondisi ini disebut fimosis.

Melansir siloamhospitals.com Fimosis adalah kelainan struktur penis berupa melekatnya kulup pada kepala penis. Bila terjadi pada orang dewasa, fimosis bisa menjadi tanda dari suatu penyakit, seperti radang kepala penis, eksim, psoriasis, hingga diabetes.

Fimosis muncul dalam bentuk cincin ketat atau “karet gelang” yang melingkari kulup di sekitar ujung penis. Hal ini akan mencegah kulit kulup tertarik penuh hingga ke belakang. Jika seseorang menderita fimosis, kondisi ini akan mengganggu proses berkemih, hubungan seksual, dan meningkatkan risiko infeksi saluran kencing.

Berdasarkan kondisinya, fimosis terbagi menjadi dua jenis, yaitu fisiologis dan patologis.

  1. Fisiologis, yaitu jenis fimosis yang umum terjadi pada anak-anak berusia 3 tahun ke bawah. Fimosis fisiologis merupakan kondisi yang normal dan dapat hilang dengan sendirinya.
  2. Patologis, yaitu jenis fimosis pada pria dewasa yang belum disunat dan kerap dikaitkan dengan balanitis xerotica obliterans (peradangan atau inflamasi pada preputium, kepala penis, dan uretra).

Pada bayi, balita, dan anak laki-laki, fimosis terjadi karena kulup secara alamiah akan menempel pada kepala penis selama belum disunat. Umumnya, fimosis pada anak dapat menghilang seiring dengan pertambahan usia. Namun, pada beberapa kasus, kondisi fimosis ini dapat menyebabkan penyumbatan dan peradangan pada penis.

Sementara itu, penyakit fimosis pada remaja dan pria dewasa dapat muncul karena kondisi medis tertentu, seperti:

  1. Penuaan
    Proses penuaan membuat produksi kolagen menurun sehingga dapat menyebabkan kulit kepala penis menjadi tidak elastis.
  2. Jaringan parut
    Jaringan parut yang muncul karena cedera atau infeksi di sekitar kulup dapat menurunkan elastisitas kulit kepala penis.
  3. Penumpukan smegma
    Penumpukan smegma (bercak putih yang terbentuk dari sel kulit mati, keringat, dan kotoran) berisiko menyebabkan kulup melekat dan tidak dapat ditarik ke belakang kepala penis.

Gejala utama dari fimosis adalah melekatnya kulit kulup pada kepala penis. Bila terjadi pada anak-anak, kulup tersebut dapat meregang seiring dengan pertambahan usia.

Cara Mengatasi Fimosis

Pengobatan fimosis cenderung beragam menyesuaikan dengan tingkat keparahan dan usia pasien. Namun, sejumlah tindakan medis yang umum dilakukan dokter untuk menangani fimosis adalah sebagai berikut:

  1. Pemberian Obat-Obatan

Untuk meredakan gejala fimosis, dokter akan meresepkan kortikosteroid topikal dalam bentuk salep, krim, atau gel. Obat ini akan bekerja dengan meningkatkan elastisitas kulup agar lebih mudah ditarik ke belakang kepala penis.

Selain itu, dokter juga dapat meresepkan krim antibiotik atau antijamur apabila fimosis disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.

  1. Sunat

Jika fimosis menyebabkan peradangan pada kepala penis (balanitis) atau infeksi saluran kemih berulang, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan sunat (operasi pelepasan kulup yang menutupi ujung kepala penis).

Cara Mencegah Fimosis

Utamanya, fimosis pada orang dewasa dapat dicegah dengan menjaga kebersihan penis serta menghindari faktor risikonya. Adapun sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fimosis adalah sebagai berikut:

Melakukan sunat secara dini.
Membersihkan penis menggunakan air bersih secara perlahan.
Melakukan hubungan seksual yang aman untuk mencegah infeksi menular seksual. (fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan