Kata Jusman, memang ia dan pedagang lainnya selalu melarang pengunjung mandi di sana. Dia mengatakan, pantai itu ramai sebagai tempat nongkrong. Karena mereka membuat lapak-lapak sederhana di pinggir pantai.
"Jika ada yang mandi pasti kami larang. Kalau yang empat kemarin itu, mereka menyendiri di ujung sana. Jadi tidak ada yang tahu,” jelasnya.
Di pintu masuk kawasan pantai, Lombok Post (Fajar Grup) menemui Amaq Rusdian, 59 tahun, seorang nelayan yang dituakan di Dusun Ketapang.
Amaq Rusdian menjelaskan jika misteri banyaknya kejadian di pantai itu dipercaya warga dari dua sudut pandang. Pertama secara mistik, kedua secara pengetahuan atau pemahaman mereka pada kondisi lautan dari sudut pandang sebagai nelayan.
“Memang di sana ada tebing. Lokasinya sekitar lima belas meter dari bibir pantai. Dan di sana, di muara itu tempat bertemunya arus selatan dan arus utara. Jadi arusnya besar sekali. Wajar jika berbahaya bagi orang yang tidak terbiasa atau apalagi anak-anak yang belum bisa berenang,” jelas Rusdian. (fajar/jpg)