”Babak pertama saya tidak suka, beberapa pemain dapat tekanan. Tidak bagus kontrol bola dan kita salah karena kalah duel bola. Kita tahu PSM punya spesialis freekik dan korner karena punya striker tinggi dan itu dimanfaatkan pada babak pertama,” kata dia.
Namun pada babak kedua dia memberi instruksi berbeda. Pemainnya diminta memegang bola lebih banyak dan bermain lebih cepat. Sayap menjadi andalan mereka sebelum menyusup ke area kotak penalti.
"Kita punya banyak kesempatan cetak gol tetapi skor hanya 1-1. Nggak papa. Tapi intinya saya tidak suka jalannya laga hari ini, karena banyak pemain yang ulur waktu, kita kehilangan ritme,” lanjutnya.
Pelatih asal Jerman itu juga menyoroti Yuran Fernandes yang terlalu banyak terjatuh. Sebab hal itu dianggap merusak skema permainan dan membuat Persija banyak kehilangan momen di hadapan pendukungnya sendiri.
"Terutama Yuran, dia enam kali jatuh dan dia main 90 menit. Di Eropa itu bisa kartu merah. Padahal atmosfer luar biasa. Tetapi buang waktu merusak semuanya. Ini bukan karena kami tertinggal, tetapi ritme selalu hilang. Sepak bola Indonesia harus lebih berkembang,” kata dia.
Thomas Doll juga menegaskan, dalam kondisi tertinggal tidak mudah untuk mengejar. Terlebih lagi lawannya PSM Makassar yang dianggap kuat dalam banyak hal. Sehingga, dia harus menunggu waktu yang tepat untuk memaksimalkan momentum.
"Tidak segampang itu prosesnya. Kami telat. Tapi kami menunggu benar-benar tepat. Saya setuju sama kapten, hasil hari ini sudah cukup baik meski tanpa Kudela dan Simic yang seharusnya bisa memberikan perubahan pada laga tadi," terangnya. (wid/dir/fajar)