Adapun nantinya, kata Sofyan, acara seminar intenasional tersebut secara spesifik ingin memberikan masukan dalam pengembangan Peta Jalan Energi Terbarukan ASEAN Jangka Panjang (ASEAN Long-Term Renewable Energy Roadmap), sebagai langkah strategis dalam memajukan transisi energi di Indonesia dan ASEAN.
"Fokus utamanya adalah mempromosikan transisi energi yang berkelanjutan, memperkuat kemandirian energi, dan meningkatkan ketahanan energi di kawasan," jelasnya.
Selanjutnya, Yudo Anggoro dari SBM-ITB mengatakan alasan utama ASEAN berpeluang mengembangkan biofuel sebagai alternatif yang berkelanjutan untuk mendukung transisi energi di ASEAN, karena produksi biofuel bergantung pada bahan baku seperti tebu, kelapa sawit, dan berbagai biji minyak.
Di Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya, menurut Yudo, pertanian memainkan peran penting dalam perekonomian, pengembangan biofuel menciptakan peluang baru bagi petani dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat perdesaan serta mempercepat pengentasan kemiskinan.
Dari sudut pandang ekonomi, pengembangan sektor biofuel dan rantai pasok terkait memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan menciptakan banyak kesempatan kerja. Lalu, investasi dalam infrastruktur produksi biofuel, penelitian dan pengembangan, dan manufaktur membuka jalan bagi industri yang berkembang.
"Saat sektor ini berkembang, hal itu menciptakan peluang kerja di seluruh rantai nilai, mulai dari pertanian dan pemrosesan hingga distribusi dan ritel," tandasnya. (Pram/Fajar)