Longspan LRT Jabodebek Disebut Salah Desain, Begini Penjelasan Menhub

  • Bagikan
Longspan LRT Jabodebek (Foto ANTARA FOTO-Aditya Pradana Putra)

Konsultan asal Prancis itu menilai pembangunan jembatan untuk jalur LRT di atas perempatan Kuningan yang padat dengan struktur lain, sangat sukar diimplementasikan. Bahkan, pengerjaannya berisiko di lapangan.

Jembatan lengkung bentang panjang atau longspan bisa diterapkan, tetapi konsultan asal Prancis itu mengusulkan harus membangun kolom tambahan. Letaknya tepat di tengah perempatan Kuningan.

Model longspan yang dirancang Arvilla Delitriana menjadi solusi hambatan itu. Dia memecahkan syarat desain jembatan yang harus melengkung sepanjang 148 meter, dan hanya menggunakan dua kaki sebagai pilar dengan beda tinggi.

Dua kaki yang menjadi pilar penahan jembatan memiliki ketinggian 22 meter dan 16 meter. Dua kaki pilar jembatan dibangun dengan pondasi dengan kedalaman hingga 8 meter dari permukaan tanah.

Menurut Arvilla saat itu, kecepatan LRT pada saat melewati lengkungan maksimal 30 km per jam sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga kereta tidak terlempar dari jalurnya.

Sesuai desain awal dari Arvilla, Budi Karya Sumadi mengatakan, setiap melintasi tikungan, termasuk di Longspan Kuningan, LRT harus mengurangi kecepatan.

Penurunan laju atau kecepatan kereta di setiap tikungan dianggap wajar. Kondisi itu juga terjadi di setiap moda serupa di seluruh dunia.

"Tak hanya di Indonesia saja, mengurangi kecepatan di tikungan, tetapi di seluruh dunia, kalau ada tikungan harus pelan. Namun, untuk jaminan, inshaAllah aman,” katanya.

Kecepatan rata-rata LRT itu hingga 80 km per jam. Laju kereta akan menurun di setiap titik tikungan hingga 40 km per jam. Target waktu tempuh dari Stasiun Harjamukti hingga Stasiun Dukuh Atas dapat dicapai hanya dalam kurun 43 menit.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan