Hasil kajian pemicu polusi udara tahun 2020 yang dilakukan Pemprov DKI , sumber pencemaran batu bara menyumbang emisi 0,42 persen, dari minyak bumi 49 persen sementara gas sebesar 51 persen.
Sektor transportasi menjadi penyumbang terbesar polusi udara yakni sekitar 44 persen, industri 31 persen, industri energi manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen dan komersial 1 persen.
Sementara itu, berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Greenpeace, banyak faktor penyebab polusi udara di Kota Jakarta. Namun, asap pembakaran batu bara kerap terabaikan dari perhatian publik.
Melansir laman Greenpeace.org yang menggunakan studi Vital Strategies, pembakaran batu bara menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta.
Hasil studi itu menunjukkan hampir seperlima polusi berasal dari pembakaran batu bara. Setidaknya ada 8 pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU berbahan bakar batu bara menghimpit Kota Jakarta dalam radius 100 km.
Lebih parah, pada tahun 2020 lembaga penelitian Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) mencatat bahwa Jakarta juga dikelilingi 118 fasilitas industri yang turut berkontribusi terhadap pencemaran udara di Jakarta.
Dampak buruk batu bara turut dirasakan masyarakat Jakarta, khususnya di Marunda dan sekitarnya. Proses peledakan dan pengeboran dalam proses penambangan menghasilkan mineral halus yang tercampur pada debu yang bisa terhirup dan menjadi penyebab penyakit pneumokoniosis.
Debu ini dibawa ke Marunda, proses bongkar muat yang serampangan mengancam nyawa penduduk ibu kota.