"Artinya, jika NA memaksimalkan gerakan politik elektoralnya untuk mendongkrak keterpilihan istrinya, tentu peluang Liestiaty Fachruddin mengalahkan petahana Golkar Sulsel satu bisa terjadi," pungkas Ras.
Sementara itu, Pengamat politik Universitas Hasanuddin, Sukri Tamma beranggapan, pada dasarnya Nurdin Abdullah tidak bisa terlibat secara langsung dalam kontestasi politik. Sebab, pencabutan hak pokitiknya masih melekat sampai sisa waktu yang ada.
Akan tetapi, jika hanya berkenaan dengan tokoh di belakang layar, maka mantan Bupati Bantaeng dua periode itu masih sangat mungkin terlibat.
Sebab, dia merupakan salah satu figur yang punya rekam jejak karir politik bagus, sebelum akhirnya tersandung kasus gratifikasi.
”Kalau terlibat langsung sebagai kandidat, tentu tidak mungkin. Tapi kalau dia ditempatkan di belakang layar, itu sangat mungkin terjadi. Apalagi Pak NA adalah salah satu figur yang punya sepak terjang bagus, sebelum akhirnya tersandung kasus,” ujarnya kepada FAJAR, Minggu, 20 Agustus.
Lebih lanjut Sukri mengatakan, bahkan ketika NA sudah tersandung kasus pun tidak serta merta menghilangkan loyalisnya. Dia dianggap sebagai figur yang memang punya basis pemilih tetap dengan loyalis yang begitu kuat.
Sehingga, dalam hal kontestasi politik namanya masih patut diperhitungkan, baik untuk pemilihan Bupati Bantaeng atau bahkan Pilgub Sulsel. Sehingga, sudah sepatutnya para rival untuk tetap memasukkan nama NA dalam list yang perlu diperhitungkan.
”Pak NA pernah digadang-gadang sebagai figur yang akan melanjutkan karir cemerlang sampai ke nasional. Bahkan setelah berkasus pub loyalisnya masih besar. Ini menandakan dia tidak bisa dilupakan juga dari list ancaman kubu rival,” bebernya.