FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Anwar Sanusi menjelaskan salah satu tantangan bagi perekonomian Indonesia dalam memanfaatkan bonus demografi adalah rendahnya kualitas pertumbuhan ekonomi, terutama terbatasnya penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat.
Anwar mengatakan karakteristik pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami perubahan, di mana industri di Tanah Air lebih banyak didominasi Industri padat modal dibandingkan padat karya.
"Akibat banyaknya industri padat modal, angka pengangguran semakin terbuka, dan kemiskinan masih menghimpit sebagian penduduk," ujar Anwar Sanusi dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Ia menjabarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2023 mencapai 5,45 persen, yang mengalami penurunan sebesar 0,38 persen dibandingkan Februari 2022.
Menurut data BPS, perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2023 mampu tumbuh sebesar 5,03 persen, jika dibandingkan triwulan IV tahun 2022, yang terkontraksi sebesar 0,92 persen.
"Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pascapandemi belum menyerap tambahan tenaga kerja baru dan mengurangi kemiskinan secara substansial," kata Anwar.
Maka dari itu, adanya job fair atau bursa kerja merupakan upaya yang sangat bermanfaat terhadap penciptaan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan.
"Melalui bursa kerja juga, perusahaan dapat memperoleh kandidat tenaga kerja berkualitas sesuai jabatan yang ditawarkan," kata Sekjen Kemnaker itu.