Virus Nipah Berpotensi Jadi Pandemi setelah Covid-19, Kenali Gejalanya

  • Bagikan
Petugas keamanan berjaga di sebuah perguruan tinggi kedokteran setelah peringatan virus Nipah, di Kozhikode, India pada Selasa, 12 September 2023 (PTI).

FAJAR.CO.ID, NEW DELHI -- Virus nipah yang tewaskan dua orang di negara bagian Kerala, India, berimbas pada penutupan sementara sekolah, kantor, dan transportasi umum oleh pemerintah setempat pada Rabu (13/9).

Melansir Reuters, negara bagian di India ini tengah berjuang melawan virus nipah tersebut sejak 2018 yang belum ditemui vaksinnya.

Virus Nipah menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh kelelawar, babi, atau manusia yang terinfeksi, sehingga membunuh hingga 75% dari mereka yang terinfeksi.

Menurut jurnal yang dirilis oleh PubMed Central pada tahun 2021, virus Nipah memiliki potensi untuk menjadi pandemi setelah COVID-19.

Gejala Virus Nipah

Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan RI, ada beberapa gejala yang akan dialami oleh seseorang yang terinfeksi virus nipah, mulai dari tanpa gejala, infeksi saluran napas akut, hingga radang otak fatal.

Demam, sakit kepala, muntah, nyeri otot, dan nyeri tenggorokan merupakan gejala awal dari virus yang dikhawatirkan menjadi pandemi baru.

Lebih lanjut, gejala virus nipah ini akan diikuti dengan pusing, mudah mengantuk, penurunan kesadaran, dan tanda-tanda neurologis lain yang menunjukkan radang otak akut.

Pencegahan Virus Nipah

Sampai saat ini World Health Organization (WHO) mengumumkan belum adanya vaksin untuk virus Nipah.

Merujuk pada laman resmi WHO, satu-satunya cara untuk mengurangi atau mencegah virus Nipah adalah dengan meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat terkait tindakan yang harus diambil

Lembaga kesehatan setempat harus mengedukasi dengan fokus kepada: risiko penularan dari kelelawar ke manusia, risiko penularan dari hewan ke manusia, dan risiko penularan dari manusia ke manusia.

Upaya pencegahan virus Nipah yang pertama-tama harus fokus pada pengurangan akses kelelawar terhadap makanan. Buah-buahan dengan tanda gigitan kelelawar sebaiknya dibuang.

WHO menyarankan penggunaan sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya ketika harus menangani hewan sakit, hingga penyembelihan ataupun pemusnahannya.

Selain itu, hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi virus Nipah serta rajin mencuci tangan setelah merawat atau menjenguk orang sakit.

Virus yang pertama kali muncul di Malaysia pada 1998 ini, memiliki rata-rata angka kematian diperkirakan berkisar 40% hingga 75%.

Namun, rata-rata itu bisa berbeda tergantung pada kemampuan wilayah dalam melakukan penyelidikan epidemiologi, surveilans, dan manajemen klinis kasus. (reu/jpg/fajat)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan