Tambahnya, ada banyak perusahaan yang mendapat investasi dari China. Sebab, anggapan semua investor gaji Indonesia terbilang murah.
"Makanya mau berinvestasi di Indonesia. Soal pengalaman yang minim, karena selalu beranggapan pemerintah Indonesia itu ayo berinvestasi di sini, keuntungannya gaji buruh jauh lebih murah dibanding luar negeri," tukasnya.
Ditegaskan Basti, standar yang dimiliki Indonesia sejatinya sama dengan pekerja luar negeri. Namun, salah satu yang dijadikan patokan untuk mengundang investor, perbedaan gaji pekerja lokal dan asing.
"Kalau saya sih melihat sengaja dimurahkan. Kita sendiri yang membuat perbedaan-perbedaan," tandasnya.
"Harapan saya, lebih memberikan kesempatan pada muda-mudi bangsa untuk menunjukkan skillnya. Saya kira tidak susah mencari bakatnya," sambung dia.
Soal pekerja Indonesia yang selalu mau di zona nyaman, Basti mengatakan, setiap negara memiliki kulturnya sendiri dalam bekerja.
"Sosialisasi itu juga bagian dari kultur kita sebagai bangsa Indonesia. Kita tidak hanya berhubungan dengan pekerjaan tapi juga dengan teman kerja memiliki hubungan," imbuhnya.
Cuma memang pengkondisiannya, kata Basti, target produktivitas dalam bekerja itu harus menjadi perioritas utama.
"Relasi sosial, jadi orang Indonesia itu memang suka bercanda dengan teman kerjanya, itu kultur. Jangan dihilangkan karena bagian. Kita tidak berhubungan dengan mesin semata," Basti menuturkan.
Kalau lebih banyak bicara daripada bekerja, kata dia, mestinya tidak dilihat dari sisi negatifnya saja. Tapi dilihat pada sisi lain.