FAJAR.CO.ID, RIAU -- Proses pembangunan proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City di Pulau Rempang, Kepulauan Riau mendapat resistensi keras dari penduduk setempat hingga menimbulkan kericuhan. Warga Kampung Tua, Pasir Panjang di Pulau Rempang menolak direlokasi sehingga proses pengerjaan proyek ini berjalan alot.
Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economics Action Institution, Ronny P Sasmita dalam keterangan tertulisnya menjelaskan dampak yang akan dialami Indonesia dari sisi investasi sebagai buntut dari konflik Pulau Rempang ini.
Ronny mengatakan, investasi adalah salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi yang sangat diharapkan pemerintah saat ini. Investasi, kata Ronny, memiliki multiplayer effect kepada pembukaan lapangan pekerjaan dan imbas ekonomi lainnya ke sektor lain.
“Dari sisi pertumbuhan ekonomi, investasi termasuk salah satu kontributor pertumbuhan yang diharapkan. Terlebih ekonomi global saat ini masih menunjukkan pelemahan," ujar Ronny.
Pasalnya, kata dia, investasi merupakan salah satu harapan pemerintah untuk bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman krisis global saat ini. “Harapan utama untuk pertumbuhan ekonomi saat ini hanya dua, yakni belanja pemerintah dan investasi,” ujarnya.
Dalam kasus Pulau Rempang, Ronny mengatakan, Indonesia akan rugi besar jika salah satu perusahaan yang menjadi investor, yakni Xinyi Glass Holding batal berinvestasi di Pulau Rempang.
Untuk diketahui, Xinyi Glass Holding adalah salah satu investor yang akan mendirikan pabrik kaca di Pulau Rempang. Ada pun investasinya memiliki nilai Rp 175 triliun.