FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Kawasan industri di Sulsel masih sangat minim. Hal ini membuat roda perekonomian menjadi stagnan.
Saat ini di Sulsel, hanya ada satu kawasan industri yang sudah lama berjalan, yakni Kawasan Industri Makassar (KIMA). Itupun, luasnya yang sekira 200 hektare, mayoritas sebagai gudang penyimpanan barang. Alih-alih sebagai pusat produksi yang dapat menyerap tenaga kerja lokal.
Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin mengaku miris melihat situasi tersebut. Ia yang pernah menjabat sebagai Pj Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) membandingkan, bagaimana pihak swasta yang sangat berperan dalam pendapatan asli daerah di sana. Sangat jauh dari apa yang terjadi di Sulsel saat ini.
Saat ini, ada dua kawasan industri yang sedang digarap oleh dua daerah, yakni Kawasan Industri Bantaeng dan Kawasan Industri Takalar.
Pada Kawasan Industri Bantaeng (KIBA), terdapat investor PT Huady Nickel Alloy yang berkutat pada penambangan nikel di Bantaeng. Pengembangan KIBA ini kembali dipasarkan pada South Sulawesi Investment Forum.
Bahtiar mengatakan, sudah ada tiga investor lainnya yang ingin mengucurkan dananya. Namun terdapat kendala yakni soal kelistrikan.
"Masalahnya di Bantaeng saat ini adalah listriknya. Ada tiga investor yang tertunda, kekurangan daya listriknya satu juta watt," ucap Bahtiar, kemarin.
Ia mendorong agar pengelola kawasan industri selanjutnya dapat membangun infrastruktur penunjangnya sendiri, salah satunya soal kelistrikan. Sebab aktivitas pabrik dan mesin di kawasan industri sangat bergantung pada daya listrik yang sangat besar.