Jejak Mistis dan Sejarah Pembentukan Politik Kekuasaan Bugis Makassar, Hingga Munculnya To Manurung

  • Bagikan

Champa adalah nama sebuah kerajaan yang penduduknya dari ras bangsa Indonesia yang mengembangkan peradaban mengesankan antara abad ke-9 hingga ke-14.

Menurut Mus, orang-orang Cham percaya bahwa Dewa Tanah, yang mengandung energi-energi pemberi hidup bagi dunia, bersemayam dalam batu-batu tadi. Batu-batu ini bukanlah representasi, namun Dewa Tanah yang sebenarnya dibuat kasat mata bagi manusia.

Karena Dewa Tanah tidak mampu berkomunikasi dengan manusia dalam bentuk seperti itu, jadi perlu ada perantara bagi manusia dan dewa, Orang yang menjadi perantara diangkat oleh sesama mereka menjadi pemimpin spiritual dan keduniawian bagi komunitasnya karena perannya sebagai juru bicara bagi Dewa Tanah.

Karena batu-batu keramat di Champa ini kelihatannya mempunyai kesamaan asal-usul, fungsi dan makna dengan gaukeng di Sulawesi Selatan. Jadi sangat mungkin hal ini merupakan bagian dari kesamaan fenomena yang disebutkan Mus bahwa batu-batu ini hadir di sepanjang India bagian selatan hingga Jepang Selatan (Monsoon Asia).

Namun pada tradisi lisan di Sulawei Selatan yang tampaknya lebih eksplisit dari pada yang di Champa menyangkut peran batu-batu keramat ini dalam evolusi sebuah permukiman.

Menurut tradisi ini, komunitas gaukeng asli di Sulawesi Selatan secara perlahan mulai meluas. Daerah yang merupakan tempat asli gaukeng, yang kemudian ditentukan sebagai batas wilayah sebuah komunitas, tidak mampu lagi mencukupi keperluan kelompok komunitas tersebut.

Bagian batu dari komunitas induk pun diberikan, setiap kelompok mendapat gaukeng masing-masing. Komunitas baru ini dianggap sebagai “anak” oleh komunitas “ibu” yang merupakan komunitas gaukeng asli, dan gaukeng milik komunitas “anak” ini dianggap sebagai “pembantu” bagi gaukeng asli itu.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan