Selama 2022 ekspor Sulsel mencapai US$2,3 miliar atau setara Rp35 triliun. Angka ini mengalami peningkatan 40,63 persen jika dibanding ekspor 2021 yang hanya US$1,6 miliar atau setara Rp24,48 triliun.
Lalu untuk 2023, ekspor Sulsel cenderung stabil jika dilihat dari trennya. Januari, US$210,96, Februari US$197,46, Maret US$194,29, dan April US$171,33.
Kemudian Mei US$188,42, Juni US$157,78, Juli US$172,88, dan Agustus US$188,05.
“Ini terjadi karena terjadi pergerakan masyarakat dalam hal penggerakan perekonomian,” bebernya.
“Sektor komoditi di Sulsel itu tidak jauh dari komoditi andalan. Antara lain nikel, rumput laut, kakau, ikan olahan, karet, merica, dan ikan ikan fresh atau pun yang lain,” tambahnya.
Ada, namanya Pak Munir, itu PT Citra Surya Cemerlang, perikanana. Terus ada PT Cocomit Sulawesi, kelapa dan turunannya. Semua itu pelaku hsaha ekapor yang baru.
Saat ini, Arief menyebut ada sekitar 75 pelaku ekspor yang aktif menjajakan barangnya ke luar negeri. Angka ini sebenarnya menurun dibanding pada tahun pandemi. Namun meningkat jika dibandingkan tahun-tahun saat pandemi.
“Ada sekitar 75-an. Ini sedikit menurun pada sebelum pandemi yang 100-an. Memang ada penurunan, itu tentunya dampak Corona itu berlangsung banyak memengaruhi pelaku usaha, bahkan ada yang menutup bisnisnya,” jelasnya.
Meski begitu, beberapa pengekspor pendatang baru, kata dia, mulai terlihat. Hal tersebut, menurutnya dipicu perkembangan teknolgi informasi yang makin masif.
“Pada saat pandemi kemarin terjadi penurunan pelaku usaha (ekspor). Tapi tahun ini bermunculan kembali pelaku usaha yang konsisten maupun yang baru. Itu saya lihat didominasi oleh importir milenial,” terangnya.