"Ini jelas tidak becusnya pihak PLN dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengatasi dan menyeimbangkan pemadaman listrik bergilir," sambung dia.
Dituturkan Wawan, rakyat saat ini sudah sangat muak atas pemadaman listrik bergilir yang belum menemukan solusi tersebut.
"Rakyat sudah sangat muak atas pemadaman listrik bergilir yang belum berakhir. Malah durasi pemadaman ini semakin bertambah," ucapnya.
"Pihak PLN seakan tutup mata dengan kondisi masyarakat yang semakin banyak dirugikan imbas pemadaman listrik bergilir ini," tekannya.
Wawan juga menyinggung soal peraturan Menteri ESDM NO 18 Tahun 2019, dia mengatakan belum ada kompensasi yang diberikan kepada masyarakat.
"Kompensasi untuk masyarakat sesuai dengan peraturan Menteri ESDM NO 18 Tahun 2019 belum ada yang diberikan pihak PLN," tandasnya.
PLN beralasan pemadaman dilakukan karena kekeringan yang berdampak pada debit air. Sehingga berpengaruh pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
"PLN terpaksa melakukan manajemen beban akibat cuaca ekstrim, khususnya panas yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan kondisi debit air yang menjadi sumber utama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) turun drastis dan mengakibatkan berkurangnya pasokan listrik," jelas Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Sulselrabar, Ahmad Amirul Syarif.
Meski selama sepekan ini hujan telah turun, namun PLN menyebut belum bisa sepenuhnya memulihkan pasokan bagi PLTA. Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) juga masih terus dilakukan, khususnya di daerah tangkapan air di sekitar lokasi PLTA.