Sehari sebelumnya, aksi unjuk rasa juga dilakukan massa lainnya di lokasi yang sama. Tuntutan mereka juga sama, PLN harus memberikan kompensasi.
"Setengah mati kalau listrik mati. Tidak bisa pakai alat-alat seperti mesin pembuat kopi, Wi-fi, dan lain-lain," ujar Wahyudi, salah seorang pemilik warung kopi di Jl Antang Raya.
Sebelumnya, GM PLN UID Sulselrabar, Moch Andy Adchaminoerdin, menjelaskan bahwa dalam beberapa hari terakhir hujan memang telah turun. Namun, itu belum bisa sepenuhnya memulihkan pasokan bagi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Selain itu, teknologi modifikasi cuaca (TMC) juga masih terus dilakukan, khususnya di daerah tangkapan air di sekitar lokasi PLTA. Pasalnya, sistem kelistrikan Sulbagsel sangat bergantung pada sumber listrik dari PLTA, yaitu sebesar 33 persen dari total pasokan listrik. (maj/yuk)