Pelestarian Adat dan Budaya Harus Jadi Perhatian Pemerintah 

  • Bagikan
Dialog politik bertajuk pendidikan, adat dan budaya di salah satu Hotel di Makassar, Minggu, (3/12/2023).

Dia mencontohkan, ketokohan Sultan Hasanuddin hanya dikenal piawai dalam ilmu fisik. Jarang dibahas bahwa kemampuan strategi perangnya itu dilandasi oleh kemampuan pemahaman Islam yang sangat mumpuni. 

Bicara soal kebudayaan, sejarah bukan bicara tentang sesuatu yang telah lewat. Bicara budaya adalah orang yang bicara tentang berbagai perspektif. Sehingga wajar jika sekarang ini banyak pemikir dan juga pemimpin negara kemudian menyadari bahwa aspek budaya mesti dijadikan pertimbangan dalam kebijakan. 

“Amerika yang dianggap sebagai negara super power, tapi semua orang tahu bahwa Amerika menuju ambang krisis. Banyak pekerja di Amerika ini sudah diistirahatkan. Sekarang kita seharusnya tidak hanya bicara soal ekonomi. Tapi juga soal budaya yang harus jadi basis,” ujarnya.  

Ketua Umum Trah GTS Suwadi Idris Amir Dg Mattawang menyatakan, yang paling utama itu penguatan literasi. Bayangkan ketika misalnya banyak rumpun tidak memiliki pemahaman soal adat dan budaya sendiri. 

“Literasi sangat penting karena selama ini sangat minim dipahami oleh generasi saat ini,” ungkapnya. 

Namun dia mengakui, persoalan utama memang soal anggaran. Ketika pemahaman yang rendah orang memang tidak bisa berbuat apa-apa. 

Kedua kemandirian terhadap lembaga adat sangat penting untuk bermitra demi adat dan budaya. 

“Suka atau tidak suka, negara harus hadir. Karena kita bicara tentang masyarakat, kemudian yang perlu juga jadi perhatian. Harus ada perhatian dalam revitalisasi rumah adat. Negara harus hadir, tahu diri bahwa tanpa mereka ini NKRI, tak dinikmati kita semua. Ini semua kolaborasi,” tandasnya. 

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan