Analisis butir untuk mengidentifikasi endapan sedimen dan analisis foraminifera juga dilakukan. Foraminifera menjadi indikator penting untuk menganalisis sedimen tsunami dan mengidentifikasi sumber gempa penyebab tsunami.
Penelitian sejak tahun 2010 ini tidak hanya menemukan jejak sedimen paleotsunami, tetapi juga menemukan sumber tsunami pada 2004 yang terletak di zona subduksi megathrust di wilayah barat Sumatera, di antara Pulau Sumatera dan Andaman.
"Megathrust aktif tidak hanya di Andaman dan Sumatera, tetapi juga sepanjang barat Sumatera," jelasnya.
Prof Nazli menyimpulkan bahwa bencana tsunami merupakan peristiwa berulang dan sebagai peringatan bahwa bencana ini dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, penting untuk selalu siaga dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang potensi bencana. (ant)