Potensi Kecoa Dubia sebagai Alternatif Pakan Ternak yang Tinggi Protein

  • Bagikan
Himatul Ilma Silfia (Mahasiswa Magister Agribisnis Veteriner, Universitas Airlangga)

Ceremenje memiliki habitat hidup di bawah tumpukan kotoran ayam, karena bahan organik yang ada pada kotoran ayam merupakan sumber makanan utama yang paling disukai ceremenje. Ceremenje memiliki kemampuan untuk menguraikan bahan organik pada kotoran ayam, sehingga kotoran tidak menimbulkan bau yang menyengat (Ramsay dan Thomasson, 2009). Ceremenje memiliki peran membantu proses dekomposisi di dalam tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat tanpa bantuan serangga seperti ceremenje.

Keberadaan ceremenje sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk kelangsungan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah (Ruslan, 2009). Panas adalah faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan bagi serangga ceremenje. Suhu pemeliharaan yang sangat baik untuk ceremenje adalah 30°C. Jika suhunya sangat rendah, nimfa ceremenje akan berkerumun di sekitar induknya untuk mengurangi kehilangan panas.

Ceremenje memiliki ciri khas tidak mampu melompat atau memanjat permukaan yang halus karena ceremenje tidak memiliki arolium, gerakannya relatif lambat dan tidak bisa terbang, sehingga memudahkan dalam pemeliharaannya. Satu ekor ceremenje mampu menghasilkan 25-40 telur yang diproduksi setiap 28 hari sekali.

Ceremenje memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan tinggi. Menurut Cattey (2010) kandungan protein ceremenje yaitu sebesar 36%, angka tersebut tentunya lebih tinggi jika dibandingkan serangga lainnya yang rata-rata proteinnya hanya 18%. Sedangkan Silfia (2019) menyatakan bahwa kandungan protein ceremenje mencapai 63%.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan