Peran Remaja dan Stunting dalam Wacana Pilpres

  • Bagikan

"Risikonya ke situ, demikian juga ibu hamilnya biar gizinya baik, tapi ketika hamil asupannya tidak baik karena mungkin dia muntah apalah segala macam, itu juga bisa beresiko stunting," sambung dia.

Bayi yang dilahirkan sampai usia dua tahun, kata Aryanty, masih berisiko terkena stunting jika kebutuhan gizinya tidak terpenuhi.

"Kenapa batasnya sampai dua tahun, karena perkembangan otak itu sampai golden periodenya, ada yang mengatakan sampai tiga tahun, tapi dari perhimpunan mengatakan sampai dua tahun," bebernya.

Dikatakan Aryanty, masa perkembangan otak anak dimulai dari usia satu hingga dua tahun.

Dia pun menarik sebuah contoh, ibaratnya sebuah bangunan rumah, jika kabelnya sedikit, maka lampunya juga akan sedikit. Dalam artian, rumah tersebut tidak cerah dari segi pencahayaan.

"Sama dengan kabel, kalau ada rumah kabelnya sudah sedikit, berarti lampunya sedikit, kan redup. Kalau dia kabelnya banyak, kan bagus, terang," imbuhnya.

"Karena sel-sel saraf itu semakin banyak kabel-kabel atau sambungan-smahungannya, semakin tingkat penangkapannya, intelegensinya semakin bagus," lanjutnya.

Sebagai seorang ahli gizi, Aryanty mengimbau agar masalah pencegahan stunting bukan hanya di satu titik, tetapi mulai dari hulu sampai ke hilir.

"Hulunya, perbaiki generasi bangsa, remaja anak putri terutama. Makanya itu sekarang saya lihat, ada remaja putri sekolah SMP itu malah sudah diintervensi pemberian zat besi di sekolah," Aryanty melanjutkan.

Khusus ibu hamil, kata dia, saat merencanakan kehamilan, harus mempersiapkan gizinya. Agar bibitnya bagus begitupun dengan sel telurnya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan