Peranan Besar Karaeng Matoaya dalam Islamisasi di Sulsel

  • Bagikan
ILUSTRASI. Sultan Hasanuddin dan Meriam Anak Makassar

FAJAR.CO.ID — Raja Tallo ke-VII, Sultan Abdullah Karaeng Matoaya memiliki peranan besar dalam Islamisasi di Sulawesi Selatan.

Bahkan dia lebih dulu masuk Islam dibandingkan dengan Raja ke-14, Sultan Alauddin.

Sejarawan, Leonard Y Andaya menyebut Karaeng Matoaya dengan tekun memainkan perannya sebagai penjaga iman/kepercayaan dengan memaksa kerajaan tetangganya untuk memeluk Islam.

Kronik Tallo menggambarkan dia sebagai “penguasa pertama yang bersumpah dengan Al-Qur’an dan Sudang [pedang pusaka kenegaraan Gowa dan bagian dari benda pusaka kerajaan Gowa]”.

Dalam tulisan singkat yang merupakan gaya khas Sulawesi Selatan, penulis Kronik ini berhasil menangkap inti kebijakan Karaeng Matoaya untuk menggunakan seluruh sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai keunggulan di Sulawesi Selatan, yaitu dari kekuatan spiritual Islam hingga kekuatan pra-Islam yang bersemayam di dalam benda pusaka kerajaan.

Setelah menundukkan sebuah kerajaan dalam Perang Islam ini, penulis kronik ini melanjutkan, dia tidak menjarah, mengambil bendera perang, atau meminta sabbu kati.”

Penaklukan politik telah dilancarkan dari atas punggung Islam, dan setelah Islamisasi selesai Karaeng Matoaya enggan, karena alasan iman atau kebijakan politik, untuk menerapkan rumusan lama yang memberi “hak-hak” tertentu kepada penakluk, seperti memungut bayaran dari penaklukan.

Bahwa Islam mungkin saja bukan satu-satunya motivasi Karaeng Matoaya dalam Perang Islam di Sulawesi Selatan, kelihatannya masuk akal karena penaklukannya tidak berakhir di sini.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan