FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- "Dan apabila dia berpaling, dia berjalan di muka bumi untuk membuat kerusakan di dalamnya dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kerusakan. Dan apabila dikatakan kepadanya: Bertakwalah kamu kepada Allah, kesombongannya menghantarkan dia kepada dosa. Maka baginya siksa yang cukup menderita, dan itu disebabkan oleh perbuatannya sendiri." (QS. Al-Baqarah: 205)
Ayat ini menunjukkan bahwa nikmat rezeki, keberkahan, dan keamanan yang Allah berikan dapat dicabut dari pelaku maksiat yang tidak bertaubat dan terus melakukan perbuatan dosa.
Kesombongan dan penolakan untuk bertaqwa kepada Allah menjadi penyebab utama dicabutnya nikmat tersebut.
Selain itu, Rasulullah Muhammad SAW juga memberikan penjelasan dalam sebuah hadist:
"Sesungguhnya seorang hamba bisa tetap beribadah dengan baik dan memiliki akhlak yang baik, namun ia dapat merusak amal perbuatannya dengan lisannya. Demi Allah, seorang hamba tidak merasakan bau surga walau sejengkal, kemudian bau surga itu menyelubungi jarak yang jauh, dan akhirnya dia ditetapkan di surga. Sebaliknya, seorang hamba bisa tetap beribadah dengan buruk dan memiliki akhlak yang buruk, namun ia dapat merusak amal perbuatannya dengan lisannya. Demi Allah, seorang hamba tidak merasakan bau neraka walau sejengkal, kemudian bau neraka itu menyelubungi jarak yang jauh, dan akhirnya dia ditetapkan di neraka." (H.R Ahmad)
Dai kondang kelahiran Ujung Pandang, Prof. Dr. Khalid Zeed Abdullah Basalamah mengatakan, ada nikmat yang dicabut atau diangkat oleh Allah bagi para pelaku maksiat.