Selanjutnya, perlu terintegrasi dan terpadunya fasilitas-fasilitas pendukung maupun penunjang atas penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan seperti trotoar, halte, tempat pemberhentian pada lokasi yang ideal. Mengembangkan sistem trayek yang memungkinkan terjadinya irisan beberapa trayek sehingga ke depannya dapat dikembangkan dengan sistem one tricet one way.
"Perlunya ada pembatasan jumlah dan jenis kendaraan angkutan penumpang, termasuk usia kendaraan yang layak untuk dioperasionalkan. Peningkatan SDM yang terlibat secara langsung dalam operasional pelayanan angkutan penumpang untuk meminimalisasi potensi terjadinya tindak kriminal maupun pelecehan yang dapat melibatkan operator kendaraan sebagaimana yang pernah terjadi," pungkasnya.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sulsel Zainal Abidin mengaku, berhentinya Koridor 3 dan Koridor 4 tidak berpengaruh banyak terhadap angkutan pete-pete. Dari evaluasi selama ini, masyarakat sekitar koridor tersebut memang masih banyak menggunakan pete-pete.
"Cenderung masyarakat di Koridor 3 dan Koridor 4 menggunakan pete-pete atau kendaraan lain dibandingkan Teman Bus," sebut dia.
Hal ini sebenarnya sudah didiskusikan bersama beberapa stakeholder terkait. Zainal sudah mengusulkan adanya integrasi moda transportasi antara Teman Bus dan pete-pete. Tujuannya, agar kedua angkutan transportasi umum ini bisa beroperasi berdampingan.
"Kita mau sebenarnya ada kolaborasi antara pete-pete yang ada di jalur tersebut dengan Teman Bus, tapi tidak jalan maksimal. Cenderung banyak gunakan pete-pete dan ojek lain-lain," pungkasnya. (uca/yuk)