Kata dia, stok beras pada Desember kemarin masih mencukupi. Sebab, kebutuhan di awal 2024 masih dapat dipenuhi dari sisa impor tahun sebelumnya.
"Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa keputusan impor diambil jika stok sudah mencukupi," ucapnya.
Kata dia, keputusan ini mungkin memiliki tujuan politis, seperti menjaga harga beras agar terkendali di tahun politik atau sebagai bagian dari pemasifan bantuan sosial.
"Jadi ini dianggap bahwa keputusan impor beras tidak sesuai dengan kebutuhan data, menunjukkan pandangan kritis dari pihak eksternal," katanya.
Kata dia, dengan mempertimbangkan elemen-elemen ini, dapat dikatakan bahwa keputusan impor beras memiliki dimensi politis yang patut diperhatikan.
"Tetapi, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, perlu melibatkan data lebih lanjut dan analisis yang lebih rinci terhadap kebijakan pangan dan keadaan ekonomi secara keseluruhan," paparnya.
Sementara Pakar Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) Haris Bahrun menjelaskan bahwa memang saat ini ada perlambatan jadwal tanam. Mundur dua sampai tiga pekan.
"Tadi saya di pesawat, saya lihat di Kabupaten Gowa itu baru pengolahan tanah, ini sudah mundur karena dampak el nino," katanya.
Menurut Haris, pemerintah yang ingin mengimpor beras tiga juta ton itu belum masuk bisa saja itu berubah. Bahkan pemerintah saat ini mempercepat pembagian benih dan pupuk untuk petani.
"Pupuk akan dijamin oleh pemerintah. Nah, jadi memang 3 juta itu baru di atas kertas belum terealisasi tapi kemungkinan itu akan turun tidak sampai segitu kalau misalnya musim tanam Maret dan Oktober ini bagus," ucapnya.