"Akhirnya sembuhlah Maipa," ucap Safri.
Kecewa hanya dianggap sebagai saudara dengan Maipa Deapati, Datu Museng memanfaatkan perjalanan menuju permandian untuk mendapatkan kekasihnya.
Tepatnya Jumat malam, Maipa Deapati yang dikawal oleh prajurit kerajaan beserta dayang-dayangnya bergegas ke permandian yang dimaksud.
Perjalanan mereka diiringi oleh pukulan gendang dan disinari oleh cahaya obor yang dibawa oleh prajurit kerajaan.
Di tengah perjalanan, ada guntur, kilat, hingga hujan lebat, semua orang kelabakan. Dan, Maipa Deapati hilang tanpa jejak dari rombongan.
"Mereka cari Maipa Deapati, ternyata dia pergi ke rumah Datu Museng. Tidak diketahui apakah Maipa Deapati ke sana atau Datu Museng yang menjemputnya," tukasnya.
Datu Museng dan Maipa Deapati Kabur
Satu pekan berlalu, Raja mulai resah dan menduga anaknya ada di tangan Datu Museng. Dia pun mengutus pasukannya datang ke rumah Datu Museng.
Dari cerita Safri yang merupakan guru mengaji di Makassar itu, ada tiga gelombang pasukan masing-masing berjumlah 20 datang hendak menjemput Maipa Deapati.
Namun, mereka takluk di tangan kakek Datu Museng, Addengareng. Terakhir, pangeran yang dijodohkan dengan Maipa Deapati datang dengan pasukannya.
Mereka juga dikatakan Safri takluk di tangan Addengareng. Tersisa I Manggalasa. Saat kembali ke Sumbawa, dia tidak berani lagi muncul di hadapan Raja karena merasa gagal.
"Langsung kembali ke Lombok," tandasnya.
Tidak ingin berlarut-larut, Raja mengutus lagi para pembesar kerajaan untuk datang ke kediaman Datu Museng dengan maksud berbicara baik-baik. Meminta sang putri kembali ke kerajaan.